Selasa, 30 Agustus 2016

CARA AGAR PADI TIDAK ROBOH PADA MUSIM PENGHUJAN

Oleh Annas, SP

Memasuki musim hujan tanaman padi yang sudah mulai menua tentu rentan roboh terkena angin dan hujan.apalgi apabila tanaman padi tumbuh terlalu subur akan semakin rentan  untuk roboh, hal ini akibat batang tidak kuat menopang daun dan bulir padi. Rebahnya tanaman padi dapat menyebabkan menurunnya hasi panen, selain itu juga akan menyulitkan dan menambah biaya saat proses pemanenan.
Banyak hal yang dilakukan  oleh petani kita dalam rangka pengendalian roboh, misal dengan melakukan  pengikatan, akan tetapi hal tersebut tidak maksimal. Padi yang roboh kemudian didirikan kembali lalu diikat sudah tdk maksimal lagi dalam proses pengisian bulir. Oleh karena itu kenali factor penyebab padi roboh berikut ini:
2 faktor yang menyebabkan padi mudah roboh:
1.       Tanaman padi yang terlalu gemuk. Hal ini mengakibatkan batang tanaman padi tidak kuat menopang daun dan malai padi yang tumbuh sangat lebat. Apabila terkena angin sedikit mudah rebah.
2.       Pangkal batang tanaman busuk. Hal ini disebabkan oleh penggenangan air yang terus-menerus tanpa adanya pengaturan pengairan.
Hal yang dilakukan agar tanaman padi tidak mudah roboh.
-          Saat musim hujan. Tanamlah varietas padi yang jenisnya tidak tinggi atau yang tahan air.
-          Pemupukan berimbang. Dengan mengurangi penggunaan pupuk dengan unsure N  semisal urea karena pupuk jenis ini dapat mengakibatkan daun terlalu lebat dan tanaman terlalu gemuk. Gunakan juga pupuk ZA atau NPK karena pupuk ini bisa menguatkan  batang tanaman padi.
-          Lakukan pengaturan pengairan dengan kadang mengeringkan lahan pertanian, jangan terus-terusan menggenangi tanaman padi karena biasa mengakibatkan batang mudah busuk.
-          Apabila pemupukan sudah terkontrol dan berimbang tetapi tanaman masih terlalu gemuk lakukan langkah pemotongan daun pada bagian atas. Dipotong kurang lebih 10-15 cm pada saat umur tanaman  45-50 hst. Jangan lebih dari itu. Pemotongan ini bertujuan untuk mengurangi beban yang ditopang batang tanaman padi, agar nantinya saat terkena hujan batang kuat menopang.
d(dari berbagai sumber)

PEMUPUKAN BERIMBANG SPESIFIK LOKASI

Oleh: Annas, Sp
Program pemerintah khususnya dibidang pertanian  adalah dalam bentuk pencapaian swasembada pangan (padi, jagung, kedelai, tebu, dan daging). Namun ada beberapa tantangan yang harus dihadapi yang antara lain adalah (1) Degradasi dan Penurunan Produktivitas Lahan; (2) Konversi dan Fragmentasi Lahan; (3) Kelangkaan/Keterbatasan Lahan Subur; (4) Variabilitas & Perubahan Iklim; (5) Terbatasnya infrastruktur.
Di dalam konsep pemupukan berimbang, pemberian sejumlah pupuk untuk mencapai ketersediaan hara-hara esensial yang seimbang dan optimum ke dalam tanah, adalah untuk Meningkatkan produktivitas dan mutu hasil pertanian; Meningkatkan efisiensi pemupukan; Meningkatkan kesuburan dan kelestarian tanah; serta Menghindari pencemaran lingkungan dan keracunan tanaman. Diharapkan dengan pemupukan sesuai status hara tanah, maka kebutuhan tanaman dan target hasil (neraca hara)bisa tercapai.  Adapun penentuan dosis pupuk yang sesuai status hara tanah dan kebutuhan tanaman ditetapkan dengan uji tanah. Pengelolaan bahan organik dan pupuk hayati dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pupuk anorganik.
Pupuk berimbang “bisa” tetapi “tidak sama” dengan pupuk majemuk (disesuaikan status hara tanah, produktivitas padi atau varietas), dimana formula pupuk majemuk harus bersifat “spesifik lokasi” (sesuai status hara dan produktivitas). Pupuk majemuk tetap memerlukan “Tambahan” pupuk tunggal seperti urea, SP-36 dan/atau KCl.
Prinsip Pemupukan Berimbang  adalah pemupukan dengan empat tepat: (1) Tepat Dosis yaitu sesuai dengan status hara tanah, kebutuhan tanaman, dan target hasil; (2) Tepat Waktu, yaitu Hara tersedia saat tanaman memerlukan dalam jumlah banyak; (3) Tepat Cara, yaitu Penempatan pupuk di lokasi dimana tanaman secara efektif mengakses hara; (4) Tepat Jenis/Bentuk , yaitu Formula pupuk sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Dinamika hara, Hara tanah berasal dari pelapukan bahan induk, bahan organik, air irigasi dan hujan serta pengelolaan petani. Sehingga Kesuburan tanah sangat erat hubungannya dengan bahan induk, pengelolaan bahan organik dan dosis pemupukan. Keseimbangan hara merupakan keseimbangan antara hara yang ditambah dan diambil tanaman yang muara pada suatu status hara. Jika hara yang ditambah lebih kecil dari  hara yang diambil tanaman maka akan terjadi mining hara tanah (pengurasan), jika hara yang ditambah lebih besar dari hara yang diambil tanaman maka akan terjadi pengkayaan hara tanah (yang jika terjadi secara terus menerus maka akan terjadi kejenuhan), kemudian jika hara yang ditambah setara hara yang diambil tanaman maka yang denikian dinamakan  pelestarian kesuburan tanah.
Produktivitas tanaman akan sangat tergantung dengan ketersediaan hara, dimana dibatasi oleh ketersediaan hara dalam tanah yang paling minimum. Penambahan hara yang kurang berpengaruh terhadap ketersediaan hara lain. Jika hara yang kurang tergolong hara utama, maka produksi akan semakin rendah. Hara nitrogen (N) sangat dibutuhkan, hara P dan K tergantung status haranya. Sedangkan waktu pemupukan disesuaikan dengan stadia pertumbuhan tanaman.
Teknologi pendukung pemupukan berimbang dan prediksi kebutuhan pupuk dapat dilakukan dengan: (1) Peta status Hara P dan K, peta ini biasa digunakan  untuk penyusunan kebutuhan pupuk; (2) KATAM (Kalender Tanah), untuk penyusunan kebutuhan pupuk dan rekomendasi pupuk spesifik lokasi; (3) Software (PHSL, PUPS, PKDSS, Sipapudi), untuk penyusunan rekomendasi pupuk spesifik lokasi; (4) Perangkat Uji Tanah (PUTS,PUTK, PUTR, PUHT), untuk penyusunan rekomendasi pupuk spesifik lokasi.
Sumber: Balai Penelitian Tanah (Balitanah

MENGENAL KARAKTERISTIK VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

Oleh: Annas, Sp

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan produksi pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian swasembada beras pada tahun 1984 dan 2007. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul padi, antara lain berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit  utama, umur genjah, dan rasa nasi enak.
Ditengah makin beratnya tantangan yang dihadapi dalam usaha tani, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan sejumlah varietas padi unggul baru, teknologi produksi, dan benih sumber varietas unggul padi.Varietas unggul padi sawah tersebut masing-masing dilepas dengan nama Inpari 2 Batipuah, Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25 Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29 Rendaman, Inpari 30 Ciherang- Sub1 dengan potensi hasil 7,7 – 9,6 ton/ha, dan Inpari 34 Salin Agritan yang toleran pada lahan salin (kadar garam tinggi) dengan potensi hasil 8,1 ton/ha.
Pengertian dan Karakteristik Benih dan Varietas Unggul Padi Sawah
Benih dan varietas unggul padi sawah merupakan galur hasil  pemuliaan yang mempunyai salah satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil  tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya. Varietas unggul salah komponen teknologi yang  penting  untuk meningkatkan produksi  dan pendapatan usaha  tani padi. Berbagai varietas unggul telah tersedia dan dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, preferensi petani, dan keinginan pasar.

Jenis dan karakteristik dari varietas unggul meliputi :
-          Varietas Unggul Baru (VUB)
Kelompok tanaman  padi yang memiliki  karakteristi  umur kisaran 100-135 HSS (hari setelah sebar), anakan banyak (>20 tunas/rumpun), bermalai agak lebat (±150 gabah/malai).
-          Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB)
Kelompok tanaman padi yang  memiliki  karakteristik postur  tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (<15 tunas/rumpun), berumur 100-135 HSS, bermalai lebat (±250 gabah/malai), berpotensi hasil lebih dari 8 ton GKG/ha.
-          Varietas Unggul Hibrida (VUH)
Kelompok tanaman padi  yang terbentuk dari individu-individu generasi  pertama (F1).Berasal dari kombinasi persilangan dari 2 varietas padi yang memiliki  karakteristik potensi hasil  lebih tinggi dari varietas unggulan inbrida.

Manfaat Benih Unggul Berlabel
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang  banyak bagi
perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga  panen menjadi  serempak, rendemen lebih tinggi, mutu  hasil  lebih tinggi dan sesuai dengan selera  konsumen, dan tanaman akan mempunyai ketahanan yang  tinggi terhadap gangguan  hama  dan penyakit  dan  beradaptasi yang  tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan pestisida.
Produktivitas varietas sangat bergantung  pada  genotype  (komposisi gen  yang dimiliki varietas) dan kondisi lingkungan tumbuh (interaksi genotype dengan lingkungan). Faktor-faktor  lingkungan yang  sangat berpengaruh terhadap  penampilan varietas antara lain kesuburan fisik dan kimiawi tanah, iklim, keberadaan hama dan penyakit, teknik budidaya yang digunakan.
Mutu benih meliputi : mutu genetic, mutu fisik, dan mutu fisiologis. Ciri-ciri benih.
bermutu yaitu:
-     Varietasnya asli
-     Benih bernas dan seragam
-     Bersih, tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman lain
-    Daya  berkecambah dan vigor  tinggi sehingga  dapat tumbuh baik jika ditanam
di sawah
-     Sehat, tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama.

Benih berlabel  merupakan benih yang  sudah  lulus proses sertifikasi yang
merupakan salah satu bentuk jaminan mutu benih. Keuntungan menggunakan benih bermutu tinggi meliputi :
a.   Benih tumbuh dengan tepat dan serempak.
b.   Bila disemaikan, mampu menghasilkan bibit yang tegar dan sehat
c.  Ketika ditanam, bibit dapat tumbuh lebih cepat
d.  Pertanaman lebih serempak dan populasi tanaman optimum, sehingga mendapatkan
hasil yang tingi.

Kategori Benih Unggul Berlabel
Kelas benih dalam sistem sertifikasi meliputi :
-     Benih Penjenis/Bredeer seed (BS)
-     Benih Dasar/Foundation seed (FS)
-     Benih Pokok/Stock seed(SS)
-     Benih Sebar/Extention seed (ES)

Benih penjenis (BS) yaitu benih yang terdapat pada urutan pertama pada kelas benih dalam sistim sertifikasi, benih penjenis(BS) ditandai dengan pemberian label warna kuning. Benih ini langsung terdapat pada pemulia tanaman. Kemudian turunan dari benih penjenis(BS) adalah benih dasar(FS), benih dasar adalah benih yang di perbanyak oleh balai benih induk (BBI), benih ini ditandai dengan pemberian label warna putih.kemudian turunan dari benih dasar (FS) adalah benih pokok (SS). Benih pokok (SS) yaitu benih turunan ke tiga dari kelas benih dalam sistem sertifikasi benih yang di tandai dengan pemberian label warna ungu,  benih ini di perbanyak oleh penangkar-penangkar benih untuk di turunkan menjadi benih sebar (ES). Benih yang di jual di pasaran atau yang di gunakan petani adalah benih sebar (ES).  Benih sebar adalah benih turunan ke empat dari kelas benih atau benih turunan terahir, benih ini di tandai dengan pemberian lebel warna biru, dan benih ini hanya bisa dilakukan satukali penanaman.
Sertifikasi Benih
Sertifikasi benih adalah serangkaian pemeriksaan terhadap calon benih yang dimulai sejak dipertanaman sampai pengujian mutu di laboratorium dengan tujuan untuk menjamin kemurnian genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis benih sehingga dapat memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan dan layak untuk disebarluaskan.
Sertifikasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun LSSM (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu) Perbenihan. LSSM adalah suatu lembaga yang diberi wewenang untuk memberikan sertifikasi sistem mutu pada industri /perusahaan benih yang akan menerapkan sistem manajemen mutu terhadap proses produksinya.
Lembaga sertifikasi benih pemerintah adalah BPSMB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) yang terdapat di setiap provinsi bertugas melakukan penilaian terhadap varietas sertifikasi benih, dan pengawasan mutu terhadap benih yang telah beredar di pasaran. Sertifikasi varietas dilakukan pada setiap tingkatan kelas benih, dari benih dasar (FS/BD) – benih pokok (SS/BP) – Benih Sebar (ES/BR) dengan menggunakan standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah menurut jenis tanaman dan kelas masing-masing.
Tabel 1. Standar mutu benih padi berdasarkan kelas benih.

Kelas Benih
Kadar air maks (%)
Benih murni min(%)
Kotoran benih maks (%)
Benih var. Lain maks (%)
Benih tan.lain & biji gulma (%)
Daya tumbuh min (%)
Benih Dasar (BD)
Benih Pokok (BP)
Benih Sebar (BR)
Benih Hibrida (F1)
13,0
13,0
13,0
13,0
99.0
99.0
98.0
98.0
1,0
1,0
2,0
2,0
0,0
0,1
0,2
-
0,0
0,1
0,2
-
80.0
80.0
80.0
80.0
Sumber : Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi, 2010.


CARA UBINAN PADI JAJAR LEGOWO

Oleh: Annas, Sp

Salah satu cara untuk menghitung perkiraan produksi atau hasil panen adalah melalui panen ubinan. Panen ubinan dibuat agar dapat mewakili hasil hamparan. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
  • Pilih pertanaman yang seragam dan dapat mewakili penampilan hamparan, baik dalam segi pertumbuhan, kepadatan tanaman, maupun kondisi pertanaman;
  • Luas ubinan perlu ditetapkan dan disesuaikan dengan jarak tanan yang digunakan;
  • Batas ubinan harus ditetapkan berada pada jarak antar tanaman (ruang kosong)
  • Gunakan minimal dua set jajar legowo yang berdekatan atau dinyatakan sebagai lebar ubinan (l) dan panjang baris tanaman legowo atau dinyatakan sebagai panjang ubinan (p);
  • Luas ubinan = Panjang Ubinan (p) x Lebar Ubinan (l) dan dengan ketentuan bahwa Luas ubinan ≥ 10 m²
Untuk mendapatkan data yang akurat lakukan pengambilan ubinan minimal 3 kali atau lebih. Luas ubinan berdasarkan sistem Tanam Jajar Legowo yang digunakan dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm dapat dilihat pada Tabel 1.
Contoh :
  • Pilih 3 lokasi yang akan dijadikan tempat ubinan (misal titik A, B dan C)
  • Jika lokasi tersebut menggunakan sistem tanam jajar legowo 4:1 tipe 1 dapat digunakan beberapa alternatif luas ubinan bisa 2 set legowo panjangnya 5 m atau 3 set legowo panjangnya 3 m, misalkan digunakan 2 set legowo panjang 5 m maka ukur dengan meteran lebarnya 2,5 m x panjang 5 m, sehingga luas ubinanannya 12,5 m
  • Beri tanda hasil pengukuran dari kedua lokasi tersebut menggunakan ajir dan tali.
  • Panen lokasi yang sudah diberi tanda menggunakan sabit/sabit bergerigi
  • Rontokan gabah dari malainya pada tempat yang telah diberi alas terpal
  • Bersihkan kotoran yang ada pada gabah menggunakan tampah atau nyiru
  • Timbang hasil dari ketiga lokasi ubinan tersebut (misal titik A= 8 kg, titik B= 8,5 kg dan titik C=7 kg )
  • Jumlahkan dahulu hasil timbangan ketiga titik kemudian dibagi 3 :  (8 kg + 8,5 kg + 7 kg) : 3 = 7,83 kg
  • Rumus Ubinan/Perkiraan
Alternatif 1 : = (10.000 m2 : luas ubinan) x rata-rata hasil ubinan
Alternatif 2. = sesuai pada Tabel 1 (Nilai perhitungan konversi dalam 1 Ha x  Rata-rata hasil ubinan)
  • Perkiraan Produksi menggunakan Rumus Ubinan Alternatif 1 = (10.000 m2 : 12,5 m2) x 7,83 kg = 6.264 kg/Ha atau 2,64 ton/Ha GKP
  • Perkiraan produksi menggunakan rumus ubinan alternatif 2  = 800 x 7,83 kg = 6.264 kg/Ha atau 2,64 ton/ha GKP
Jadi dengan menggunakan rumus alternatif 1 atau Alternatif 2 hasilnya akan sama. Jadi silahkan memilih mana yang lebih mudah digunakan.
Penyusun : Ir. Sari Nurita