Oleh: Annas, Sp
Program
pemerintah khususnya dibidang pertanian adalah dalam bentuk pencapaian
swasembada pangan (padi, jagung, kedelai, tebu, dan daging). Namun ada beberapa
tantangan yang harus dihadapi yang antara lain adalah (1) Degradasi dan
Penurunan Produktivitas Lahan; (2) Konversi dan Fragmentasi Lahan; (3)
Kelangkaan/Keterbatasan Lahan Subur; (4) Variabilitas & Perubahan Iklim;
(5) Terbatasnya infrastruktur.
Di
dalam konsep pemupukan berimbang, pemberian sejumlah pupuk untuk mencapai
ketersediaan hara-hara esensial yang seimbang dan optimum ke dalam tanah,
adalah untuk Meningkatkan produktivitas dan mutu hasil pertanian; Meningkatkan
efisiensi pemupukan; Meningkatkan kesuburan dan kelestarian tanah; serta
Menghindari pencemaran lingkungan dan keracunan tanaman. Diharapkan dengan
pemupukan sesuai status hara tanah, maka kebutuhan tanaman dan target hasil
(neraca hara)bisa tercapai. Adapun penentuan dosis pupuk yang sesuai
status hara tanah dan kebutuhan tanaman ditetapkan dengan uji tanah.
Pengelolaan bahan organik dan pupuk hayati dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pupuk anorganik.
Pupuk
berimbang “bisa” tetapi “tidak sama” dengan pupuk majemuk (disesuaikan status
hara tanah, produktivitas padi atau varietas), dimana formula pupuk majemuk
harus bersifat “spesifik lokasi” (sesuai status hara dan produktivitas). Pupuk
majemuk tetap memerlukan “Tambahan” pupuk tunggal seperti urea, SP-36 dan/atau
KCl.
Prinsip
Pemupukan Berimbang adalah pemupukan dengan empat tepat: (1) Tepat Dosis
yaitu sesuai dengan status hara tanah, kebutuhan tanaman, dan target hasil; (2)
Tepat Waktu, yaitu Hara tersedia saat tanaman memerlukan dalam jumlah banyak;
(3) Tepat Cara, yaitu Penempatan pupuk di lokasi dimana tanaman secara efektif
mengakses hara; (4) Tepat Jenis/Bentuk , yaitu Formula pupuk sesuai dengan
kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Dinamika
hara, Hara tanah berasal dari pelapukan bahan induk, bahan organik, air irigasi
dan hujan serta pengelolaan petani. Sehingga Kesuburan tanah sangat erat
hubungannya dengan bahan induk, pengelolaan bahan organik dan dosis pemupukan.
Keseimbangan hara merupakan keseimbangan antara hara yang ditambah dan diambil
tanaman yang muara pada suatu status hara. Jika hara yang ditambah lebih kecil
dari hara yang diambil tanaman maka akan terjadi mining hara tanah
(pengurasan), jika hara yang ditambah lebih besar dari hara yang diambil
tanaman maka akan terjadi pengkayaan hara tanah (yang jika terjadi secara terus
menerus maka akan terjadi kejenuhan), kemudian jika hara yang ditambah setara
hara yang diambil tanaman maka yang denikian dinamakan pelestarian
kesuburan tanah.
Produktivitas
tanaman akan sangat tergantung dengan ketersediaan hara, dimana dibatasi oleh
ketersediaan hara dalam tanah yang paling minimum. Penambahan hara yang kurang
berpengaruh terhadap ketersediaan hara lain. Jika hara yang kurang tergolong
hara utama, maka produksi akan semakin rendah. Hara nitrogen (N) sangat
dibutuhkan, hara P dan K tergantung status haranya. Sedangkan waktu pemupukan
disesuaikan dengan stadia pertumbuhan tanaman.
Teknologi
pendukung pemupukan berimbang dan prediksi kebutuhan pupuk dapat dilakukan
dengan: (1) Peta status Hara P dan K, peta ini biasa digunakan untuk
penyusunan kebutuhan pupuk; (2) KATAM (Kalender Tanah), untuk penyusunan
kebutuhan pupuk dan rekomendasi pupuk spesifik lokasi; (3) Software (PHSL,
PUPS, PKDSS, Sipapudi), untuk penyusunan rekomendasi pupuk spesifik lokasi; (4)
Perangkat Uji Tanah (PUTS,PUTK, PUTR, PUHT), untuk penyusunan rekomendasi pupuk
spesifik lokasi.
Sumber:
Balai Penelitian Tanah (Balitanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar